Sunday, August 15, 2010

my Indonesia


teman-temin sekalian gak kerasa ya..hari selasa itu hari kemerdekaan negara kita tercinta NKRI..so, biar dibilang nasionalis saya akan menulis tentang indonesia(padahal mengeluarkan tugas2 kuliah) hehehe...check this out, ya!

tari legong 

Tari Legong
            Legong, umumnya hampir semua orang bali mengetahui apa yang dimaksud dengan legong. Legong adalah suatu tarian wanita yang dilakukan oleh dua orang gadis, seorang diantaranya berperan sebagai condong, yang nantinya akan menyerahkan kipas kepada kedua gadis penari berikutnya.
            Menurut dugaan kata legong berasal dari kata Leg yang berarti gerakan yang luwes dan elastis, dan kata gong yang berarti tari dan gamelan atau tari yang diiringi oleh gamelan. Ada kemungkinan tari legong dikembangkan dar i tari sanghyang, hal ini diperkuat dengan seringnya tari legong disebut tari sanghyang legong. Pada mulanya tari legong merupakan tarian improvisasi dari tarian yang ada pada tarian Gambuh. Jika dilihat dari gerakannya, gerakan yang terdapat dalam pergambuhan disempurnakan dan disesuaikan dengan gamelan yang cepat dan dinamis,   sehingga menjadi tari legong seperti sekarang ini.
            Ada beberapa cerita yang dibali yang dianggap sebagai sumber ide penciptaan Legong. Cerita tersebut antara lain, adalah :
1.      Cerita Bhatara Ciwa dan Bhatari Giriputri    
            Cerita mengenai  Bhatara Ciwa yang ingin menguji kesetiaan istrinya, Bhatari Giriputri. Bhatara  Ciwa berpura-pura sakit dan mengatakan bahwa ia beru akan sembuh apabila diobati dengan air susu lembu. Istrinya pun bertekad untuk mencari susu lembu tersebut untuk menolong Bhatari Ciwa. Akhirnya ia turun ke bumi untuk mencari susu lembu bagia suaminya. Sesampainya di bumi, ia bertemu dengan seorang pemuda yang lembunya sedang menyusui selanjutnya ia meminta dengan sangat kepada pemuda tersebut agar memberikan penuh satu batok kelapa.
            Sesungguhnya pemuda tersebut adalah Bhatara Ciwa yang sedang menguji kesetiaan istrinya,  namun ternyata kesetiaan istrinya sangatlah lemah sehingga ia melahirkan dua orang putri yang selanjutnya ia perintahkan untuk tinggal di bumi dan menjadi dewanya tarian-tarian di bumi khususnya dalam tari legong.
            Setelah mendapatkan air susu lembu, Bathari Griputri kembali ke surga dan menyerahkan air susu lembu tersebut kepada Bathara Ciwa. Tetapi, Bhatara Ciwa tidak begitu saja menerima susu lembu dari istrinya. Lalu ia memanggil seorang ahli nujum untuk melihat darimana susu itu berasal. Dari sanalah diketahui bahwa Bhatari Giriputri mendapatkan susu lembu tersebut dari hasil persetubuhannya dengan seorang pemuda yang berada di bumi. Akhirnya, Bhatari Giriputri di kutuk menjadi Durga dan baru dapat kembali ke surga apabila telah mendapatkan ruat dari seorang keluarga Pandawa-Sahadewa.
2.      Japatuan
Japatuan adalah seorang jejaka yang menikah dengan Ratnaningsih. Tidak lama setelah menjadi pengantin, tiba-tiba istrinya Ratnaningsih meninggal dunia. Namun, karena cintanya yang sangat mendalam terhadap Ratnaningsih, japatuan berniat untuk tidak akan menguburkan istrinya. Tetapi niat Japatuan ini bertentangan dengan adat daerah setempat, sehingga ia menderita batin yang sangat keras.
            Kemudian ia mendengar sabda dari langing, bahwa ia dapat melihat istrinya di surga apabila ia mengikuti jalan yang ditunjukan oleh sabda itu. Japatuan mengikuti sabda tersebut dan akhirnya ia bisa sampai di surga. Sesampainya ia di surga, ia tidak percaya melihat istrinya dalam wujud babi. Akhirnya atas anugerah dewa-dewa, Ratnaningsih di ubah kembaki menjadi menusia seperti sedia kala dan Japatuan memohon agara dewa-dewa mengijinkan ia kembali bersama istrinya ke dunia. Permohonan Japatuan dikabulkan sehingga ia dan istrinya dapat kembali lagi ke dunia. Pada saat kembali ke dunia ia mulai mengajarkan tari Legong yang ia pelajari di Surga kepada orang-orang dikampungnya.
3.      Informasi dari Ketut Rindha
Informasi dari Ketut Rindha ini menjelaskan tentang lahir dan berkembangnya Legong. Dikatakan bahwa ide penciptaan tari Legong lahir dari sebuah mimpi I Dewa Agung Made Karna asal Sukowati, yang sedang mengadakan yoga semedi di Pura Yogan Agung Ketewel, Gianyar. Dalam mimpi ia seolah-olah merasa berada di kahyangan , melihat dua putri cantik dengan hiasan yang serba indah menarikan sebuah tarian yang lemah gemulai.
            Selesainya ia dari semedi, ia segera menyuruh Bendesa Ketewel untuk menciptakan sebuah tarian seperti apa yang ia lihat dalam mimpinya. Ditarikan oleh dua orang gadis dengan memakai  topeng. Tari tersebut kemudian dinamakan tari Sanghyang Legong. Dari Shangyang Legong kemudian kemudian di Blahbatuh diciptakan pula tari sejenis oleh I Gusti Ngurah Jelantik dengan nama nandir, ditarikan oleh dua pria tanpa topeng.
            I Dewa Manggis, raja Gianyar tertarik akan tarian ini. Atas prakarsanya, dikumpulkanlah seniman-seniman tari untuk menciptakan tari Legong, maka terciptalah tari legong yang beru, yang ada seperti sekarang ini. Penarinya dua orang putri.  
Adapun cerita-cerita yang dipakai sebagai tema dalam tari Legong, adalah :
1.            Malat, khususnya kisah prabu Lasem.
2.            Kutir (kuntir), kisah Bali dan sugriwa sewaktu kecil.
3.            Jobog, kisah Bali dan Sugriwa setelah menjadi kera.
4.            Legod bawa, kisah Lingga Manik. Dan peran yang ditampilkan adalah Wisnu, Brahma dan siwa
5.            Kuntul, cerita atau kisah dari dua ekor burung kuntul (bangau).
6.            Pelayon, sebuah tema yang diiringi dengan lagu pelayon. Menggambarkan kecantikan Galuh Kirana dan Inu Kertapati.
7.            Candra kanta kisah mengenai bulan dan matahari.
8.            Raja Cina, kisah putri dan raja cina.
9.            Kupu-kupu Tarum, kisah dari kupu-kupu.
10.        Guwak Macok, kisah burung gagak.
11.        Bramara, kisah tamulilingan atau kumbang.
12.        Bapang, jenis tari yang menunjukan ekspresi gagah di dalam komposisi Legong.
13.        Gadung Melati, kisah bunga gadung yang sangat harum.
14.        Sudarsana, cerita percalonarangan.
15.        Samarandana, kisah antara Bhatari Ratih dan Bhatara Semara yang sedang dibakar oleh Bhatara Siwa.
Dari kelima belas tari tersebut, hanya lima tema yang biasa dipakai dalam pertunjukan, yaitu : Lasem, Kuntir, Legod Bawa, Sudarsana dan Semaradana, yang kelimanya merupakan dramatari yang utuh.
Pepeson atau penampilan peranan dalam Legong dibagi menjadi 4 bagian yaitu :
1.      Prolog, merupakan bagian permulaan dimulai dari tampilnya Condong sampai ia menyerahkan kipas pada legong.
2.      Epilog, dimulai dari Legong mengambil igel pengawak. Pengawak adalah pokok dari tari Legong. Bentuk pengawak berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Jenis pengawak itu antara lain : Lasem, Jobog, Kuntir dan lain-lain.
3.      Permulaan cerita, berupa gineman, pengipuk, batel maya dan lain-lain menurut tema yang dipakai.
4.      Bagian penutup, bentuknya abstrak kembali kepada bentuk pengawak. Bagian ini disebut peksad.
Ditinjau dari perwatakan, Legong mempunyai keistimewaan watak disbanding dengan tari-tari lainnya. Meskipun Legong memakai lakon yang sama dengan dramatari Gambuh. Namun cerita itu tidak mempengaruhi watak dari perbendaharaan geraknya. Legong merupakan satu wadah, mempunyai bentuk tersendiri dan dapat menerima hampir semua cerita sebagai tema. Dalam tari Legong lebih diutamakan gerak-gerak yang esteris dan abstrak. Didalam tari Legong ada tiga tokoh yang utama yaitu seorang Condong atau pelayan istana dan dua orang Legong yang mempunyai peran sesuai dengan tema. 
(dibuat untuk tugas akhir MPKS Karawitan Bali PDPT_UI 2010)
ensiklopedi tari J-O. depdiknas. 1985

sekian terima kasih.. buat info lebih lanjut bisa ditanyakan atau dateng ke perpustakaan pusat universitas indonesia lantai 2.. and find out more there^^